-->

Bab I Pendahuluan

                                                                               BAB I
                                                                     PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebagai unsur yang paling   penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Undang-undang Dasar Negara 1945 menjadikan pendidikan sebagai suatu amanat negara yang wajib terlaksana.  
Pendidikan adalah sebagai suatu upaya mencerdaskan  bangsa merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus. Saat ini aspirasi dan harapan masyarakat tentang pendidikan semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sains dan teknologi. Pendidikan semakin dituntut untuk tampil sebagai kunci dalam perkembangan sumber daya manusia yang kreatif, mandiri, dan mampu bersikap positif terhadap berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan.
Sekolah Dasar merupakan sebuah bentuk pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan selama enam tahun. Pendidikan ini bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota  masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang pengembangan pada setiap bidang studinya.

Salah satu bidang studi yang dipelajari di sekolah adalah matematika.  Matematika sebagai landasan pokok bagi ilmu-ilmu yang lain (Mathematic is queen of the scince), dan juga merupakan sarana berpikir ilmiah yang mampu membantu penelitian-penelitian di bidang ilmu pengetahuan.
Pada dunia pendidikan, matematika tak kunjung padam dibicarakan, karena matematika merupakan salah satu pelajaran pokok di sekolah-sekolah, khususnya di Sekolah Dasar. Standar Isi tahun 2006 menjelaskan bahwa:
“Tujuan pengajaran matematika adalah untuk menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan, memberikan bekal kemampuan dasar matematika, serta membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Selain itu juga mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam mempelajari  berbagai ilmu pengetahuan lain.
Untuk mencapai  tujuan tersebut diperlukan berbagai cara penyampaian  dan penggunaan media guna membantu kegiatan belajar  mengajar, sehingga pembelajaran matematika lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Selain materi yang disajikan di depan kelas harus menarik, pembelajaran matematika juga harus dapat memberikan motivasi bagi siswa. Salah satu cara penyampaian adalah dalam  bentuk permainan, di mana bermain merupakan suatu pendekatan yang efektif dalam melaksanakan kegiatan pada kelas awal Sekolah Dasar.
Permainan matematika ini dilakukan dalam rangka merealisasikan tujuan materi pelajaran, sehingga siswa dapat memahami suatu konsep dan mengerjakannya dalam bentuk operasi matematika. Belajar melalui permainan pada anak usia Sekolah Dasar, tidak hanya berfokus pada materi aritmatika saja, tetapi juga berkembang pengetahuan tentang geomerti dan pengantar statistika.


Bermain dengan media atau alat bantu akan mempermudahkan siswa memahami suatu konsep, selain memberikan variasi dan perubahan situasi belajar yang menyenangkan dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.
Menurut Mussen, pembuka kata anak usia Sekolah Dasar masa operasi konkret (7-12 tahun). Dimana masa ini anak melibatkan diri dalam operasi mental  yang fleksibel, mengerti kaidah logis dasar tertentu dan bersikap cukup objektif dalam melihat suatu objek.
Pada bidang matematika siswa mampu mengkonservasi kuantitas dan angka, serta dapat mengurutkan dan mengklasifikasi objek dan benda riil. Untuk menggali dan mengembangkan kemampuan, pendidik harus memiliki keprofesionalan yang cukup baik. Selain menciptakan situasi  belajar yang menyenangkan melalui permainan, pendidik juga harus mengikuti perkembangan baru dalam kurikulum yang terus berubah.
Kenyataan di lapangan yang ada sekarang ini, bahwa pelajaran matematika yang diterapkan di Sekolah Dasar banyak yang bersifat konvensional, dengan situasi yang kurang memberikan motivasi terhadap niat dan minat siswa terhadap metematika. Hal lain yang dapat dilihat di lapangan adalah kurangnya penciptaan kelas yang kondusif, dengan tidak adanya media (alat peraga) yang mendukung dalam pemberian materi, serta tidak adanya situasi bermain ketika mereka belajar matematika. Media (alat peraga) merupakan hal yang amat penting bagi siswa untuk memahami konsep matematika.
Konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan untuk siswa kelas III Sekolah Dasar akan dengan mudah dimengerti oleh siswa dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga yang efektif untuk siswa usia ini adalah 3M (melipat, menggunting, dan menempel) memudahkan siswa melakukan penjumlahan bilangan pecahan. Melalui alat ini siswa dengan mudah melakukan operasi  penjumlahan bilangan pecahan karena medianya dapat diperagakan, selain itu 3M merupakan media yang nyata dan mereka melakukannya dalam permainan baik kelompok maupun individu.
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti menjadikan 3M sebagai alat penelitian guna meningkatkan pemahaman konsep  dalam materi penjumlahan bilangan pecahan. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi sangat perlu dilaksanakan.

B.    Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Bedasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka permasalahan dapat diindentifikasi sebagai berikut:
1.    Minimnya penyajian materi  pelajaran  permainan matematika yang dapat menumbuhkan motivasi dan minat siswa terhadap matematika yang dapat dilakukan pendidik di sekolah.
2.    Kurangnya variasi dalam melakukan pola-pola permainan matematika khususnya dalam memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
3.    Pemahaman terhadap kemampuan masing-masing siswa pada materi penjumlahan bilangan pecahan masih sangat kurang dilakukan oleh pendidik, sehingga pendidikan masih menyamarkan kemampuan siswa. Sangat jarang pendidik melakukan remedial (pengulangan) bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
4.    Penggunaan media (alat peraga) 3M yang belum banyak dimanfaatkan oleh Sekolah Dasar dalam memberikan pemahaman konsep penjumlahan bilangan pecahan.
5.    Belum optimalnya kemampuan guru dalam menggunakan media (alat peraga) khususnya 3M dalam pemberian materi penjumlahan bilangan pecahan.
6.    Kurangnya pemahaman konsep matematika siswa tentang penjumlahan bilangan pecahan.
Berdasarkan kondisi tersebut, banyak faktor-faktor yang dapat dijadikan fokus penelitian, akan tetapi, peneliti lebih berfokus kepada peningkatan pemahaman konsep matematika tentang penjumlahan bilangan pecahan dengan teknik 3M. Oleh karena itu area yang dikaji dari penelitian ini hanya difokuskan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa Kelas III SDN Pasar  Baru 12 Petang, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat melalui optimalisasi penggunaan alat peraga kertas berwarna.
C.    Pembatasan Fokus Penelitian
Bedasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah pada penelitian ini adalah penerapan 3M (melipat, menggunting, dan menempel) dalam pembelajaran matematika di kelas III SDN Pasar Baru 12 Petang, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat
Penggunaan alat peraga 3M dapat dikatakan tepat guna. Keefektifan penggunaan 3M sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang dijadikan media konkret dan sesuai dengan sasaran perkembangan anak usia 8-9 tahun yang masih berpikir konkret.
Pemahaman konsep matematika tentang penjumlahan bilangan pecahan adalah salah satu bentuk kegiatan belajar matematika yang telah memiliki perencanaan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan  oleh pendidik melalui permainan, pendidikan menggunakan metode dan media yang menarik dalam belajar, menciptakan situasi yang menyenangkan, sehingga anak dapat bereksplorasi, menentukan dan memahami suatu konsep terutama konsep penjumlahan bilangan pecahan. Konsep penjumlahan bilangan pecahan adalah proses penggabungan bilangan yang bukan bilangan bulat.
Penelitian ini dibatasi pada pemahaman konsep matematika tentang bilangan pecahan. Setelah itu barulah mengoperasikan bilangan-bilangan tersebut dalam bentuk penjumlahan. Pengoperasian bilangan-bilangan ini dilakukan melalui permainan, dengan menggunakan media atau alat peraga berupa kertas berwarna yang digunakan sebagai alat bantu operasi penjumlahan pada bilangan pecahan. Kertas berwarna merupakan alat bantu berupa kertas yang memiliki warna, dikenal dengan sebutan kertas origami.
D.    Perumusan Masalah Penilitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang digambarkan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana penggunaan alat peraga kertas berwarna dapat meningkatan pemahaman konsep matematika tentang penjumlahan bilangan pecahan siswa kelas III  SDN. Pasar  Baru 12 Petang,  Kecamatan Sawah Besar , Jakarta pusat ? Apakah pemahaman konsep tentang penjumlahan bilangan pecahan dapat ditingkatkan melalui optimalisasi penggunaan alat peraga 3M (melipat, menggunting, dan menempel) kertas berwarna?
E.    Kegunaan Penelitian
1.    Secara Teoretik
Dapat menambah wawasan dan memberikan kontribusi/ sumbangan pemikiran terhadap keilmuan, khususnya tentang pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan pecahan melalui optimalisasi penggunaan alat peraga kertas berwarna siswa kelas III Sekolah Dasar.
2.    Secara Praktis
a.    Bagi Siswa
Meningkatkan pemahaman konsep matematika dan akan lebih bermakna bagi siswa mengetahui manfaat dalam pembelajaran tentang penjumlahan dalam kehidupan sehari-hari.
b.    Bagi Guru
Dapat meningkatkan kinerja dan rasa percaya diri guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
c.    Bagi Sekolah
Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kreativitas dalam proses pembelajaran.
d.    Manfaat untuk peneliti selanjutnya
Sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya dengan topik yang lebih  luas dan mendalam mengenai pembelajaran matematika atau mata pelajaran lain.

0 Response to "Bab I Pendahuluan "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel